We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 2202
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 2202 Sebuah Gedung

Willy ditempatkan di kastel yang lain, di dalamnya juga disiapkan ruang medis,

Di dalam kastel, ada banyak pelayan dan bawahan. Namum, hanya ada dia dan Mina di sana.

Mendengar pengaturan ini, Dewi bertanya dengan tak mengerti, “Di dalam kastel Lorenzo ini, ada begitu banyak

kamar. Kenapa menempatkan Willy di sini? Ini terlalu jauh, setiap kali datang harus naik mobil.”

“Nona Dewi, ini pengaturan dari Tuan.” Jeff melapor sambil menunduk.

Perkataan itu langsung membungkam Dewi. Kalau dulu, dia masih akan berdebat dan harus melakukan sesuai

keinginannya.

Namun, sekarang dia merasa dirinya sudah berutang terlalu banyak pada Lorenzo, tidak boleh membuat pria itu

pusing lagi.

Jadi, dia pun mengangguk tak berdaya, “Baiklah.”

“Nona Dewi, begini cukup bagus. Aku dan Pangeran Willy lebih leluasa tinggal di sini.” Mina malah suka dengan

pengaturan ini, “Kalau tinggal di sana, setiap hari harus bertemu Tuan Lorenzo, itu benar-benar canggung.”

“Ya.” Willy juga berkata sambil tersenyum, “Lorenzo punya kebiasaan hidupnya sendiri. Kami tinggal di sini, tidak

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

akan mengganggunya.”

“Lagi pula, ini juga dekat. Setiap hari aku akan kemari, itu juga leluasa.” Dewi menghibur, “Obatku sudah habis.

Aku akan suruh orang racik dulu, nanti malam akan kemari lagi.”

“Tidak perlu buru-buru. Di pesawat, aku sudah diberi obat. Kamu datang besok juga tidak apa- apa.” Willy

berkata dengan lembut, “Cepat urus urusanmu. Baru sampai di rumah, seharusnya ada banyak hal yang harus

diurus.”

“Ya.” Dewi berpesan sebentar pada Mina, menyerahkan obat anti radang dan anti nyeri, lalu pergi bersama Jeff.

Dalam perjalanan pulang, Dewi menulis resep dan menyerahkannya pada Jeff, agar dia bisa menyuruh orang

untuk menyiapkan obat-obatan itu.

Jeff segera menyuruh orang untuk menyiapkannya, juga memberikan daftar peralatan di ruang medis, lihat apa

ada yang masih mau ditambah.

Melihat sekilas, Dewi langsung bilang peralatannya sudah sangat lengkap, tidak perlu tambah apa-apa, hanya

saja perlu tambah beberapa perlengkapan kecil.

Mereka berdua pun sampai di rumah sambil mengobrol. Nola dan sekelompok pelayan menunggu Dewi di depan

pintu.

Melihat mereka, Dewi sangat gembira, dia langsung mengobrol dengan mereka.

Nola menyiapkan beragam makan malam. Kebetulan Dewi sudah lapar, maka langsung cuci tangan dan menuju

ruang makan.

“Makan pelan-pelan, jangan sampai tersedak.”

Nola menatap Dewi sambil tersenyum, tatapannya penuh dengan kasih sayang.

“Hm, enak sekali.”

Dewi makan dengan sangat lahap. Selama pelariannya beberapa waktu ini, dia tidak pernah sekali pun makan

kenyang. Sebelumnya di istana juga tidak ada nafsu makan: Sekarang akhirnya bisa makan sepuasnya.

“Kalau Nona suka, kelak setiap hari kami akan membuatkannya untuk Nona.” Nola menuangkan minuman

anggur untuk Dewi, “Ini dikirim dari Bordeaux. Coba cicipi.”

Dewi minum seteguk, merasa sangat puas, “Enak. Erghh....”

Dia sangat kenyang sampai bersendawa, “Tidak bisa makan lagi, terlalu kenyang. Aku harus meracik obat.”

Dalam hati, dia terus memikirkan masalah pengobatan. Bukan hanya Willy, tapi masih ada luka Mina, serta

Robin dan beberapa orang di dalam kastel. Semuanya menunggu diobati olehnya.

“Nona Dewi, kami menyiapkan ruang kerja untukmu. Ayo, aku antar ke sana.”

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Jeff terus menunggu di samping.

“Ada ruang kerja? Kapan menyiapkannya?”

Dewi sangat terkejut.

“Saat Nona pulang sebelumnya, Tuan sudah menyuruh orang menyiapkannya.” Jeff menjelaskan, “Tapi,

beberapa waktu ini aku dan Jasper tidak ada di sini, maka Sonny yang mengawasi pengerjaannya. Entah sesuai

dengan selera Nona atau tidak. Nona lihatlah dulu. Kalau ada yang tidak puas, aku akan menyuruh orang

memperbaikinya.”

“Ada ruang kerja saja, itu sudah sangat bagus. Mana mungkin masih berani pilih-pilih?”

Dewi sangat menantikan.

“Nona Dewi, sudah kembali?” Sonny datang menyambut, “Ruang kerja Nona sudah selesai, menunggu

kedatangan Nona.”

“Di mana?” Dewi melihat sekeliling, “Yang mana?”

“Yang ini.”

Sonny menunjuk sebuah gedung yang ada di depan. Di atasnya, ada papan nama yang tertulis nama Dewi

dengan warna emas.