Bab 2028 Terlambat Menyadarinya
“Cukup aku saja yang ikut denganmu, kenapa harus membawa anak ini?”
Sekarang Dewi tidak berani memprovokasi wanita itu, karena dia punya pistol. Dewi sendiri tidak takut mati, tapi
dia tidak bisa melibatkan Lessi dan Dokter Mark.
Tadi beberapa perawat itu mati dengan sangat mengenaskan, dia tidak bisa lagi melibatkan orang yang tidak
bersalah....
Wanita itu tidak banyak bicara omong kosong, langsung menembak kaki Mark.
“Ah”
Mark terjatuh, berguling-guling kesakitan.
“Diam!” Wanita itu memerintah dengan kejam, “Kalau berisik lagi, aku akan membunuhmu.”
Mark menutup mulut dengan tangan yang penuh darah, tidak berani bersuara lagi.
Saat melihat wanita itu begitu kejam, lebih berani dan tegas daripada Denny, Dewi tahu bahwa dia tidak boleh di
provokasi. Kalau terus seperti ini, akibatnya tidak bisa dibayangkan.
Harus menenangkannya dulu, lalu memikirkan cara lagi setelah keluar dari rumah sakit.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Oke, aku ikut denganmu!” Dewi berkata dengan tergesa-gesa, “Tapi Lessi tidak bisa pergi, sekarang kondisinya
sangat berbahaya, kalau meninggalkan ventilator, dia akan ....”
“Dor!”
“Ah...."
Dewi belum selesai bicara, wanita itu menembak Mark lagi. Mark berteriak histeris, langsung tumbang dan
pingsan.
Dewi tercengang, “Kamu....”
“Kalau bicara omong kosong lagi, aku akan bunuh anak itu.” Gadis itu menodongkan pistol ke Lessi, “Kamu pergi
atau tidak?”
Dewi terpaksa mencabut peralatan yang terhubung, menggantungkan sebuah kantong oksigen di ranjang, lalu
mendorong Lessi keluar ....
Wanita itu mengikuti di belakangnya, senjata disembunyikan di dalam lengan baju,
memperingatkan dengan suara rendah, “Jangan berulah, kalau tidak, aku akan membunuhmu.”
Dewi tidak bersuara, membuka pintu ruang operasi, mendorong Lessi keluar.
“Dewi, kenapa kamu keluar?”
Saat ini, Brandon menghampiri setelah selesai menelepon, kebetulan melihat Dewi mendorong Lessi keluar, di
belakangnya juga diikuti seorang dokter.
“Aku mau bawa Lessi ke bawah untuk diperiksa.” Dewi merasakan moncong pistol di belakang. hanya bisa
mencari alasan untuk membohongi Brandon, “Kamu tunggu aku di sini.”
“Aku ikut denganmu.” Brandon hendak mendorong ranjang pasien.
Dokter itu menghentikannya dengan waspada.
Brandon merasa bingung.
Dewi berkata, “Nanti aku mau mengoperasi Lessi, kamu ambil tasku di mobil. Ada lagi, minta Bibi Lauren untuk
membawakan seperangkat alat bedah yang aku taruh di rumah, aku terbiasa pakai milik sendiri.”
“Aku segera menghubungi orang untuk mengantarnya, tapi, apa kamu benar-benar bisa sendirian.
“Sejak kapan kamu begitu cerewet? Minggir.”
Dewi mendorong Brandon, langsung mendorong ranjang pasien dan pergi.
Dokter itu mengikuti di belakang, satu tangan bantu mendorong ranjang pasien, tangan yang lain tetap
diletakkan di dalam lengan baju.
Brandon merasa ada yang tidak beres, tapi tidak tahu bagian mana yang tidak beres.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Saat sedang ragu-ragu, Dewi dan yang lainnya sudah masuk lift.
Di saat yang sama, empat pengawal yang diutus Bibi Lauren keluar dari lift yang lain. Begitu melihat Brandon,
mereka segera menghampirinya.
Brandon hendak memerintahkan mereka untuk pergi mengambil barang. Saat ini, Bibi Lauren menelepon,
bertanya apakah pengawal sudah tiba.
“Sudah, tapi Dewi baru saja mendorong Lessi ke bawah.” Brandon menjelaskan situasi, “Dia memintaku
mengambil tasnya, juga membawakan seperangkat alat bedahnya yang ada di rumah. Dia bilang sudah terbiasa
pakai yang itu.
“Dewi selalu membawa seperangkat alat bedah itu bersamanya, tidak pernah meninggalkannya di rumah.” Bibi
Lauren sedikit terkejut, “Dia sungguh berkata seperti itu padamu?”
“Ya... Dia mendorong Lessi keluar bersama seorang dokter. Saat aku bicara dengannya, dia terlihat sangat
tergesa-gesa ...."
“Dokter? Seharusnya yang mendorong ranjang pasien adalah perawat.” Bibi Lauren langsung merasa ada yang
tidak beres, “Coba kamu masuk dan lihat ruang operasi.”
Brandon segera membuka pintu ruang operasi dan melihatnya, astaga, beberapa perawat mati
tertembak, kedua kaki Dokter Mark juga tertembak, tidak tahu mati atau hidup.....
“Kejar Dewi, cepat!!!!”