Bab 2004 Objek Eksperimen
Mobil perlahan berjalan menuju arah bandara.
Anjing kampung bernama Wiwi ini, menjadi lebih diam sejak bertemu dengan Lorenzo,
berbaring dengan patuh di kursi belakang, tidak bergerak, tetap mengibaskan ekornya sepanjang
waktu.
“Guru, minum teh hangat dulu.” Dixon menyerahkan botol termos teh pada Tabib Hansen, “Guru sepertinya
sedang memikirkan sesuatu?”
“Huh...” Tabib Hansen menghela napas dalam, “Dulu aku selalu berpikir untuk membiarkannya tinggal di
gunung, kukira itu merupakan perlindungan terbaik untuknya, sekarang malah menyadari, setiap orang memiliki
takdir sendiri, semuanya sudah di atur ...."”
“Hah?” Dixon menggaruk kepalanya, menunjukkan bahwa dia tidak mengerti.
“Anak itu lumayan!”
Tabib Hansen mengatakan sesuatu pada diri sendiri, melihat langit cerah di luar jendela, senyuman muncul di
wajahnya, dengan perawakan seperti seorang ayah tua....
Lorenzo kembali ke rumah sakit, Dewi masih belum sadar, Heidy berkata, masalah otak seperti ini, pasti akan
butuh waktu lumayan lama untuk sadarkan diri, perlu bersabar.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Tetapi sebelum sadarkan diri, lebih baik semuanya tetap berada di rumah sakit untuk mencegabh jika terjadi
keadaan darurat dan komplikasi yang disebabkan oleh perawatan yang tidak tepat
waktu.
Karena itu, Lorenzo meminta orang untuk menaruh sebuah tempat tidur kecil di dalam bangsal, kemudian
membawa pakaiannya kemari ....
Selama tiga hari berikutnya, Lorenzo berada di rumah sakit menemani Dewi, walaupun dia tidak mengerti cara
merawat orang, paling tidak dia bisa menggunakan handuk basah hangat untuk mengelap wajahnya, tidak
berani mengelap tubuhnya, karena dia bisa menjadi gugup dan wajahnya menjadi merah.
Tetapi dia setiap saat tetap berada di dalam bangsal dan tidak ke mana-mana....
Malam ini, Lorenzo duduk di kursi sofa sebelah tempat tidur pasien, menggunakan tabletnya untuk melihat email
dan bekerja.
Jasper dan Hana di samping pintu, Jasper membawakannya sebuah lampu meja, “Tuan, cahaya lampunya terlalu
gelap, bisa merusak mata, lebih baik gunakan lampu meja.”
Pada dasarnya, dia bisa menyalakan lampu, tapi Lorenzo merasa itu bisa mengganggu Dewi, dia tidak akan bisa
tidur nyenyak walau hanya ada sedikit cahaya lampu.
Jadi, Lorenzo bekerja menggunakan lampu darurat.
Jasper yang tidak tahan melihatnya, kemudian membawakan lampu meja.
“Bawa pergi!”
Lorenzo mengerutkan kening.
“Lampu ini cahayanya tidak menyilaukan, berwarna hangat, sehingga tidak akan mengganggu Nona Dewi.”
Jasper melaporkan dengan suara rendah.
“Aku bilang bawa pergi.” Lorenzo benar-benar marah.
“Baik.” Jasper tidak berani bicara lagi dan segera membawa pergi lampu meja itu.
Lorenzo meletakkan komputer tabletnya, menggosok matanya yang lelah, menoleh dan melihat Dewi yang
berada di ranjang rumah sakit, dengan lembut memegang tangannya, berkata dengan lembut, “Kenapa kamu
tidur terus? Sudah tiga hari masih belum bangun....
Dewi tidak bergerak, seperti sedang tidur nyenyak.
Lorenzo memeluknya dan mencium keningnya, dengan lembut membelai rambutnya, menatap wajahnya yang
cantik, dan teringat banyak peristiwa dimasa lalu....
Setelah memikirkannya, dia berbaring di sampingnya dan perlahan tertidur.
Jasper menyelimutinya dengan jaket, lalu bersama Hana keluar diam-diam....
Ruangan menjadi sunyi, di bawah cahaya redup, Dewi yang berada di atas ranjang sedikit bergerak, seolah
seperti ada yang ingin menyeretnya....
Seperti ada sebuah kekuatan gelap yang ingin menyeretnya ke jurang neraka, tetapi pada saat ini, ada sepasang
tangan yang meraih tangannya tepat waktu dan menariknya ke dalam cahaya.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Setelah beberapa lama, dia tiba-tiba terbangun, melihat sosok yang dia kenal di sebelahnya, hatinya
tersentuh.....
Lorenzo, itu dia!
Di dalam mimpi, orang yang menariknya keluar dari jurang adalah dia!!!
Dia sudah tidur, tetapi masih memegang tangannya dengan erat, suhu di telapak tangannya membawa
kehangatan yang indah, dia menatapnya dengan tenang, dan mengingat banyak kejadian masa lalu....
“Kamu yang menyelamatkanku?”
“Benar, akulah penyelamatmu!”
“Terima kasih!”
“Sama-sama, tapi kamu harus berterima kasih padaku, loh!”
Sebenarnya, dia baru saja mempelajari ilmu medis dan tidak ada tempat untuk
menggunakannya, kebetulan dia menemukan orang yang sedang terluka dan bisa dijadikan eksperimen.
Guru tidak memperbolehkannya campur tangan dalam penyakit yang rumit dan serius, sedangkan orang ini,
kebetulan sedang dalam kondisi terluka parah dan seperti akan segera
mati...
Benar-benar sebuah objek eksperimen yang luar biasa!!!