Bab 1866
Dewi menyeringai, tampak kesal, “Sungguh menggelikan!”
Dia berkata pada para pengawal itu, “Kalian jaga dia baik-baik, aku mau ke toilet.”
Setelah bicara, dia bangun dan langsung pergi ....
“Eh, Nona Wiwi.”
Dua pengawal segera mengikutinya..
Dewi segera mempercepat langkahnya, ingin menghindar dari mereka, tapi kedua pengawal itu. terus
mengejarnya.
Di saat ini, orang yang sebelumnya mabuk bersiul pada Dewi.
Dewi membalasnya dengan kedipan mata, pria itu sangat gembira, dia segera menghampirinya dengan
sempoyongan..
Dua pengawal itu segera menghalanginya, mencegah pria itu mendekati Dewi.
Meski mereka adalah pengawal Wati, tapi karena tahu Dewi adalah orangnya Lorenzo, secara otomatis mereka
tidak akan diam saja.
Pria itu kesal dan dorong-dorongan dengan mereka, “Minggir, jangan ikut campur urusan orang!”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Begitu pengawal itu memukulnya, pria itu terkejut dan jatuh ke lantai.
Melihat kekuatannya, teman-temannya segera datang dan berkelahi dengan kedua pengawal itu.
Mumpung sedang kacau, Dewi segera berlari keluar lewat pintu belakang. Dia berlari sambil melepas mantelnya
yang kotor, sekalian mengambil air minum dan mencuci tangannya....
Akhirnya dia keluar dari bar, diam-diam Dewi merasa senang, tak disangka begitu lancar, dia buru-buru
melambaikan tangannya di pinggir jalan memanggil taksi.
Satu taksi berhenti di depannya, dia segera menarik pintu taksi dan bersiap untuk naik ke taksi.
Di saat inilah, beberapa mobil off-road mengelilingi taksi itu.
Setelah itu, lebih dari 20 orang yang berpakaian hitam turun dari mobil, mengarahkan senjata pada sopir.
Sopir taksi itu ketakutan hingga seluruh tubuhnya gemetar, dia buru-buru mengangkat tantranno “Aku Aku tidak
melakukan ana-ana
“Minggirkan mobilnya!!!”
Dewi mengerutkan dahi, dia tahu tidak akan semudah itu untuk pergi.
Sejak awal, Lorenzo sudah minta orang untuk mengikuti mereka.
Mengelabui Wati memang mudah, tapi orang-orang Lorenzo ini tidak mudah dihadapi.
“Nona Wiwi, kami datang untuk menjemputmu pulang.”
Jeff membuka pintu mobil, memberi isyarat “silakan” dengan hormat.
Dewi tahu bahwa dirinya tidak bisa kabur, ia terpaksa naik ke mobil.
Ini perkotaan, tidak ada binatang yang bisa dipanggil, tidak ada senjata. Bahkan jika dia melarikan diri dari
kepungan dengan kemampuan mengemudinya yang luar biasa, dia pun tidak akan bisa sampai di bandara.
Bagaimanapun, ini adalah wilayahnya Lorenzo.
“Nona Wiwi, silakan!” Jeff mempersilakan Dewi naik ke mobil, lalu memerintahkan pengawal lainnya, “Pergi lihat
Nona Wati.”
“Baik.”
Kedua pengawal masuk ke bar melihat keadaan.
Mereka bukan ingin melihat Wati sedang dalam bahaya atau tidak, tapi mau kejelasan kenapa Dewi kabur,
apakah ditindas Wati atau bukan....
Dewi tampak muram dan naik ke mobil.
Sekarang dia sudah mengerti, meskipun berhasil kabur dari kastil, ia juga tidak bisa kabur dari cengkeraman
Lorenzo.
Jika dia keluar jalan-jalan dengan Wati, Lorenzo juga akan mengutus orang untuk membuntutinya.
Orang-orang ini adalah kaum elite yang sudah dilatih, paham betul terhadap Kota Snowy. Jika ingin
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmenyingkirkan mereka dan kabur dari Kota Snowy, itu sungguh sangat sulit....
Tapi, dia tidak akan menyerah. Lain kali, dia pasti akan mencari sebuah kesempatan yang lebih baik.
Sepulangnya ke rumah, Nora menunggu dengan cemas di depan pintu. Melihat Dewi turun dari mobil, Nora
buru-buru mengambil mantel, menghampiri dan memakaikannya, “Nona Wiwi, kamu baik-baik saja, kan? Apa
terluka?”
Tidak apa-apa.”
Dalam hati Dewi berpikir, yang seharusnya ada apa-apa itu bukan aku.
Wati minum terlalu banyak, malam ini dia pasti akan sangat menderita.
Sebenarnya pikiran wanita itu cukup sederhana, dia kira bisa membuatnya mabuk. Sejak kecil, Dewi dibesarkan
oleh berbagai obat aneh, sejak dulu ia sudah kebal, tidak akan tumbang jika minum banyak....
“Nona Wiwi, Tuan menunggumu di ruang kerja. “Jasper menghampirinya dan berkata dengan hormat, “Nona
mandi saja dulu, lalu pergilah ke sana.”
“Sudah malam, kenapa dia mencariku?”
Dewi tidak suka diperintah orang.
“Tuan mencarimu, pasti ada sesuatu.” Jasper bercanda, “Sifat Nona Wiwi benar-benar terus térang, sungguh
seperti seorang teman lama!”
“Siapa?” Tanya Dewi langsung.
“Tabib Dewa.” Jasper mengamati ekspresinya.