Bab 1561
Tracy meminta anak buah lainnya untuk bersembunyi di sekitar dan bersiap menerima panggilan kapan
pun.
Lalu, membawa Paula dan Thomas untuk mengemudikan mobil menuju lokasi yang merupakan bekas
bengkel mobil yang berada di lembah Gunung Sinar.
Puluhan orang bersembunyi di sekitar dengan peralatan lengkap dan penuh kewaspadaan.
Paula dan Thomas merasa cemas dan menyiapkan diri mereka untuk kemungkinan terburuk, bersiap
mempertaruhkan hidup mereka untuk menyelamatkan anak-anak.
Selama perjalanan, Tracy terus mengingatkan, nanti ia yang bertugas mengalihkan musuh, Thomas
memastikan misi dapat berhasil, sedangkan Paula hanya fokus untuk menyelamatkan anak-anak tanpa
perlu memedulikan hal lainnya.
Ketiga orang itu turun di sekitar bengkel, lalu masuk ke dalam untuk menyelamatkan anak-anak. Mereka
melakukan semuanya dengan hati-hati agar misi ini bisa berhasil.
Yang mengherankan adalah mereka sama sekali tidak menemukan orang yang mencurigakan, bahkan
tidak ada satu pun orang di bengkel.
Saat mengira musuh sedang bersembunyi, tiba-tiba mereka mendengar suara tangisan anak-anak…
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtJantung Tracy berdetak dan berkata, “Tini, Wini, Biti!”
“Suara tangisan Wini.”
Paula sudah begitu lama merawat ketiga anak itu, dia sangat familier dengan suara mereka.
Mereka segera mencari anak-anak itu dengan mengikuti asal suara mereka, akhirnya mereka segera
menemukan Wini dan Biti di bawah tumpukan rongsokan mobil…..
“Wini, Biti!”
Tracy dan Paula segera mendekat.
Thomas mengangkat pistol dengan waspada sambil memeriksa apakah ada musuh yang bersembunyi
di sekitar.
“Bibi! Kak Paula!”
“Aku takut! Takut sekali! Huhuhu…”
Wini dan Biti langsung menangis ketakutan saat melihat Tracy.
“Jangan takut, jangan takut, Bibi di sini….”
Tracy dan Paula menggendong kedua anak itu, lalu bertanya, “Mana Tini?”
“Tini terluka, dia mengeluarkan banyak darah, huhuhu….”
Wini menunjuk ke tumpukan rongsokan mobil yang satu lagi.
Tracy segera menyerahkan Wini ke Paula dan bergegas mencari Tini.
Benar saja, kepala Tini terluka dan mengeluarkan banyak darah. Di tubuhnya juga ada luka gores yang
masih berdarah karena terkena besi yang sudah berkarat….
“Tini!”
Tracy segera memeluk Tini, lalu melepaskan jaketnya untuk membungkus tubuh mungil itu dan
memeriksa kondisi Tini.
“Tini bagaimana?” tanya Paula sambil menggendong kedua anak itu.
“Seharusnya hanya luka karena terjatuh. Selain itu, lukanya mengenai besi yang sudah berkarat, ada
kemungkinan infeksi tetanus, harus segera ke rumah sakit.” Tracy sangat panik, “Bawa mereka ke mobil
lebih dahulu.”
“Baik.”
Mereka bertiga segera membawa ketiga anak itu ke mobil.
“Wini, Biti, apa kalian tahu Kak Carlos dan Kak Carles ada di mana?” tanya Tracy panik.
“Mereka dibawa orang jahat.”
Wini sangat ketakutan, dia menangis sambil gemetaran.
“Mereka bertanya apa kami adalah anak Papi Lorenzo, kami bilang benar, lalu mereka melempar kami
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmdari mobil dan membawa pergi Kak Carlos dan Kak Carles….”
Setelah sedikit tenang, Biti menceritakan dengan lebih jelas.
“Kami sangat takut dan ingin pergi mencari Bibi, tapi Tini tidak sengaja terjatuh, lalu mengeluarkan
banyak darah.”
“Bibi, apa Tini akan mati?” Wini menarik tangan Tracy dan bertanya sambil menangis, “Dia
mengeluarkan banyak darah, tidak berbicara, juga tidak memedulikan kami, kami sangat takut….”
“Dia akan baik-baik saja, sekarang Bibi akan membawanya ke rumah sakit.” Tracy memeluk Tini dengan
panik, lalu berkata pada Thomas, “Thomas, kamu bawa orang dan terus cari Carlos dan Carles, aku
akan mengantar Tini, Wini, Biti ke rumah sakit dulu.”
“Mengerti.” Ryan menganggukkan kepalanya, “Serahkan padaku, Anda tenang saja.”
“Cepat kemudikan mobilnya.”
“Baik.”
Tracy dan Paula mengemudikan mobil dan keluar dari bengkel itu dengan membawa dua pengawal
wanita lainnya.
Di saat yang sama, dia memerintahkan agar yang lainnya segera berkumpul dengan Thomas dan terus
mencari keberadaan Carlos dan Carles.
Mobil dikemudikan menuju Rumah Sakit Kasih.
Tracy memeluk Tini yang pingsan, “Tini, Bibi minta maaf, kamu harus baik-baik saja. Jika tidak, Bibi tidak
akan bisa mempertanggungjawabkannya pada Papimu!”