Bab 1092
“Berhenti!” Seorang pengawal asing menggunakan pistol menodong Windy.
“Kalian boleh membunuhku, tapi harus melepaskan anak ini.” Windy berbicara menggunakan bahasa
inggris, “Berapa yang Linda berikan pada kalian, orang tua anak ini dapat membayar kalian 10 kali
lipat!”
Beberapa pengawal itu sama sekali tak menghiraukan Windy, salah satu dari mereka mendekat
menjambak rambutnya dan menamparnya dengan bengis.
Windy terjatuh di atas tanah, hidung dan mulutnya mengalir darah segar, tetapi ia tetap memeluk Carla
dengan erat. Tidak berani melepaskannya, ia lanjut berkata menggunakan bahasa inggris.
“Ibu anak ini adalah pemegang saham kedua Grup Moore, paman anak ini adalah Tuan L. Ayahnya
adalah Daniel Wallance dari Grup Wallance. Jika kalian berani menyakitinya, kalian akan mati dengan
tragis.”
“Ia adalah kartu AS kami. Tentu saja kami tidak akan menyakitinya, tapi kamu sangat menghalangi
kami!” Seorang pengawal mengeluarkan pistol dan menodong ke arah kepala Windy, “Matilah!”
Windy memejamkan mata dengan putus asa...
“Berhenti!” Tepat di saat ini, terdengar sebuah suara arogan.
Pengawal itu menghentikan aksinya, ia menoleh kepala menatap Linda, “Kamu masih tak
membunuhnya? Akan dibiarkan sampai kapan?”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Pihak lawan sudah mengejar kemari. Jika sekarang menembak, hanya akan menarik perhatian
mereka.” Linda menatap Windy dingin, “Gendong anaknya, kita segera pergi.”
“Baiklah.” Pengawal itu maju merebut anak.
“Jangan, jangan menyentuhnya.”
Windy memeluk Carla dengan erat, tidak ingin melepaskan tangannya.
Entah bagaimanapun pengawal itu melepaskan tangan Windy, tetap tak berhasil melepaskan
tangannya.
la sangat marah, jadi menggunakan pistol menembak kepala Windy dengan kejam.
“Dor!”
“Dor!”
“Dor!”
Setelah menembak tiga kali, darah segar mengalir deras.
Akhirnya Windy tumbang ke atas tanah, tetapi kedua tangannya tetap memeluk Carla dengan erat.
“Argh, Bibi, Bibi.....”
Carla terbangun karena terkejut. Ia menangis hebat, tetapi karena tubuhnya lemah dan demam tinggi,
suaranya sangat serak.
Pengawal itu mencoba merebut Carla, tetapi masih tak berhasil ditarik. Ia kesal sekali, lalu
mengangkat kaki dan menginjak kepala Windy dengan kasar.
Satu injakan.
Dua injakan.
Tiga injakan...
Windy ambruk di atas tanah, sudak sejak tadi ia sudah tidak punya tenaga untuk melawan, namun ia
tetap pada keyakinannya, yaitu memeluk Carla dengan erat.
Wajah kecil Carla terciprat darah segar. Ia sangat ketakutan dan terus menangis keras.
Tangan Windy semakin tak bertenaga, ia sudah tak kuat lagi....
Pengawal itu masih menginjak kepala Windy...
Carla tiba–tiba menerjang ke tubuh Windy, berteriak dengan suara tangisan yang serak, “Jangan
bunuh Bibiku, jangan bunuh Bibiku!”
Pengawal itu menghentikan aksinya, memandang Carla sambil mengernyitkan
kening.
Ada tatapan rumit dalam mata Linda, tetapi dengan cepat tatapan itu redup. “Cepat sedikit, cepat.”
perintah Linda.
Pengawal itu mengulurkan tangan menggendong Carla, tetapi Carla menggigit tangannya dengan
keras.
Rasa sakit itu tak seberapa bagi pengawal bertubuh besar, tetapi karena sudah terdengar suara mobil
dari jauh. Mereka tahu, musuh pun sudah tiba.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmPengawal panik, ia lalu menepis Carla dengan kasar.
Carla terlempar jauh, kepalanya menabrak dinding. Dalam seketika, darah segar mengalir.
“Carla....
Windy yang berlumuran darah, berusaha merangkak mendekati dan melindungi Carla dalam
pelukannya.
“Apa yang kamu lakukan?” Linda marah.
Pengawal itu mengibaskan darah di tangannya, mengeluarkan pistol hendak membunuh Windy.
Tepat di saat ini, ‘Dor‘, pergelangan tangan pengawal itu tertembak. Pistol di tangannya terjatuh di atas
tanah. Ia menjerit kesakitan.
Tiga pengawal lainnya bersiaga, mereka lekas mencari tempat bersembunyi.
Linda lekas maju menggendong Carla dan naik mobil dalam perlindungan para pengawal.
Di saat ini, sebuah mobil G. Patton menabrak kemari, langsung membanting mobil SUV mereka ke
dinding.
Bam, mobil SUV itu ditabrak hingga menjadi gepeng.
Pengawal yang mengemudi langsung mati terbunuh, kedua pengawal lain terjatuh dari mobil. Belum
sempat melawan, mereka sudah berhasil dilumpuhkan.
Linda dan Carla yang terjatuh ke atas tanah lekas berdiri. Ia menggunakan pistol menodong kepala
Carla, “Majulah, siapa yang berani menyentuhku, aku akan langsung membunuhnya!” teriak Linda.