We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Menantu Dewa Obat

Chapter 386
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

 

Bab 386 

Air muka Nara juga tampak berubah. 

Ya jika Reva turun tangan itu berarti llana.... pasti sudah mati, kan? 

Kali ini kegembiraan di hatinya langsung menjadi dingin. 

Jika adiknya meninggal, dia tidak bisa menerimanya. 

 

Reva berkata, “Tidak apa–apa. Aku sudah meminta seseorang untuk menyelamatkan Hana!” 

Nara menghela nafas lega. 

Axel mengerutkan keningnya. “Sudah diselamatkan? Mana orangnya? Mengapa aku belum melihat Hana?” 

Reva: “Seharusnya mereka sudah hampir sampai.” 

Alina langsung berteriak, “Reva, kau dengarkan aku dengan baik.” 

“Kalau sampai terjadi sesuatu dengan putriku, aku akan membuat perhitungan denganmu!” 

“Cepat kau biarkan putriku kembali, kau dengar tidak?” 

Nara: “Ma, kau jangan khawatir.” 

“Reva sudah meminta seseorang untuk menyelamatkan Hana, itu berarti Hana pasti akan baik – baik saja.” 

“Sabar dan tunggulah sebentar lagi. Mereka pasti akan segera kembali.” 

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Dengan marah Alina berkata, “Bagaimana aku tidak khawatir?” 

Illi 

“Dia itu putriku, bisakah aku tidak khawatir?” 

“Nara, tricngapa sekarang kau jadi seperti ini?” 

“Dia adalah adikmu sendiri, mengapa kau sama sekali tidak mengkhawatirkannya?” 

“Bagaimana bagaimana bisa aku telah membesarkan seorang yang tak punya hati sepertimu?” 

Dengan marah Nara berkata, “Ma, mengapa malah mengatai aku tak punya hati?” 

“Kalau aku tidak mengkhawatirkan Hana, apakah aku akan menelepon Reva?” 

ati kalian benar–benar sangat keterlaluan!” 

Wetelah aku meneleponnya, kalian sama sekali tidak pemah peduli mengenai apa yang terjadi krgatha Revit Mulut

kalian hanya terus menerus menunakan l a.” 

“Apakah kau tahu apa itonya jika keva tulak turun tangan dan 

kalah 

“Di mata kalian hanya ada Hana. Siapa dari kalian yang pernah memikirkan hidup matinya Reva?” 

“Sekarang setelah Reva pulang, kau juga menyalahkan Reva bahwa seharusnya dia tidak menang!” 

“Kenapa? Apakah kalian harus melihat Reva mati dulu, kalian baru bisa merasa senang?” 

Nara menjadi semakin marah dan akhirnya airmatanya mengalir. 

Di dalam hatinya dia benar–benar merasa sedih. Panggilan telepon kepada Reva yang dia lakukan saat itu

membuatnya merasa sangat bersalah. 

Sekarang, saat orang tuanya memperlakukan Reva seperti ini, dia benar–benar tidak tahan lagi. 

Axel dan Alina tampak sedikit tidak enak hati. 

Lalu dengan lembut Reva berkata, “Nara, tidak apa – apa.” 

“Apapun yang terjadi di rumah, sudah sewajarnya aku membantumu dan saling berbagi bebannya.” 

“Sekarang semua orang sudah baik – baik saja, bukankah itu adalah hal yang bagus?” 

Alina langsung berkata, “Ya, sekarang Reva juga baik–baik saja berdiri disini, apalagi yang kau ingin kami lakukan?” 

“Hana belum pulang. Bukankah sudah sepatutnya kami mengkhawatirkan Hana?” 

Nara mengibaskan tangannya dengan lemah. Dia benar – benar tidak bisa berbicara dengan Alina yang tidak logis. 

Dan di saat yang sama, pintu rumah tiba – tiba didorong terbuka. 

Semua orang menoleh untuk melihatnya. Tampak Hana dan Hiro yang berjalan masuk dengan bekas luka di wajah

mereka. 

Alina langsung berteriak, “Hana, kau... kau sudah pulang!” 

“Bagaimana keadaanmu!” 

“Aduuh kau tahu tidak betapa mama mengkhawatirkanmu!” 

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Axel dan Nara juga bergegas untuk memeriksa kondisi Hana. 

Hana memeluk kedua orang tuanya dan terus menangis. Siksaan demi siksaan yang di deritanya dalam beberapa

hari ini membuatnya tidak mau mengingatnya keinbali dalam seumur hidupnya 

Setelah beberapa saat, emosional Hana berangsur–angsur menjadi stabil 

Dengan cemas Alina berkata, “lana, kata Reva dia telah menyelamatkanmu lebih awal? Lalu 

mengapa kau baru pulang sekarang?” 

Hiro menjawabnya, “Mereka mengantar kami untuk membersihkan luka, mandi dan berganti pakaian dulu sebelum

pulang ke sini.” 

Semua orang baru mengerti dan Nara mengangguk, “Reva, orang yang kau cari itu benar–benar sangat

bijaksana.” 

Dan pada saat ini, Hana yang juga telah melihat Reva segera berteriak dan bergegas menghampiri Reva dengan

meraung. 

“Reva, aku akan membuat perhitungan denganmu!” 

Dia bergegas menghampiri Reva dan hendak mencabik – cabiknya. 

Reva buru – buru berpindah tempat dan Nara bergegas menghentikannya. 

“Nara, apa yang kau lakukan? Reva–lah yang meminta seseorang untuk menyelamatkanmu!”

 

 

Previous Chapter

Next Chapter