We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Empat bayi Kembar Kesayangan Ayah Misterius

Bab 209
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

 

Bab 209 

Samara tidak tahu sudah berapa lama digendong Asta, sampai dia diletakkan di sebuah

tempat duduk. 

Setelah yakin dirinya duduk di dalam mobil, Samara mulai beraksi melepaskan mantel yang

menutupi kepalanya. 

Dia menariknya dengan sedikit tergesa gesa, mantelnya tidak lepas dari kepalanya malah

bahan dalamnya tersangkut di asesoris kepala. 

Baju ini…..malah terjebak bersamanya? 

 

Samara tidak percaya takhayul, semakin kuat dia menarik, siapa sangka malah

menyebabkan kulit kepalanya semakin sakit. 

“Wanita, baju ini tidak ada dendam denganmu, bisakah kamu memperlakukan dia dengan

lembut?” sepasang tangan Asta menggenggam tangan kecilnya, mencegahnya menarik

mantel dari tubuhnya dengan kasar. 

Tangan Samara disingkirkan, kemudian dia malah merasa tangan lelaki itu bergerak gerak

sebentar di atas kepalanya, mantel itu dengan mudah sudah lepas dari kepalanya. 

“Lihatlah, bukankah begitu gampang.” 

Begitu cahaya menyinari. 

Samara mengangkat matanya, tanpa sengaja bertemu pandang dengan sepasang mata

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

hitam milik Asta. 

Dua orang saling bertatapan. 

Wajah Samara masih tertutup kerudung. 

Matanya lincah dan bercahaya, hiasan bunga merah di keningnya bagaikan darah, wajah

kecilnya begitu dekat di depan matanya. 

Jari tangannya yang kasar bergerak dari kening Samara dan terus turun kebawah. 

Ujung jarinya membelai titik merah di keningnya yang berben sampai batasan

berkerudung, dari atas hidung lalu bergerak tur sepanjang garis rahangnya. 

iga, lalu turun 

ibir lalu ke 

Waktu itu melalui rekaman video dia melihat penampilannya memetik kecapi. 

Sedangkan kali ini, dia melihat langsung Samara berpakaian indah, bertangan 

111 

kosong memetik kecapi kuno dan berhasil membius pengunjung dengan suara kecapinya

yang merdu. 

“Apakah kamu mengira dapat menutupi semuanya dengan memakai kerudung?” dia

bertanya dengan suara berat, dan mata dinginnya dipejamkan. 

Apakah tidak bisa? 

Mata Samara berkedip, tetapi kata kata ini tidak ditanyakan keluar. 

Apakah berdasarkan sepasang mata dapat dikenali di antara banyaknya manusia, apakah

kata kata seperti ini layak ditanyakan? 

Samara merasa jarak diantara mereka sudah terlalu dekat. 

Tanpa sadar dia bergeser ke pojokan mobil, tetapi sebelum gerakannya berhasil

pinggangnya telah diraih oleh sebuah tangan bertenaga dan memaksanya jatuh ke dalam

pelukannya. 

 

“Asta, kamu……” 

Belum selesai kata kata yang ingin disampaikan Samara, Asta telah mendaratkan sebuah

ciuman di bibirnya. 

Dia ternganga sambil membelalakkan mata bulatnya, dengan rasa tidak percaya menatap

wajah tampan bagaikan dewa yang berada di depan matanya. 

Kerudung di wajahnya masih belum tersingkap. 

Lelaki ini……ternyata begitu anteng telah menciumnya? 

Kerudung merahnya tipis bagaikan sutra, walaupun ada pembatasan oleh kerudung Samara

masih tetap bisa merasakan panasnya bibir lelaki itu. 

Ciuman ini mulanya masih indah dan terkendali. 

Tetapi, setelah lelaki itu menyingkap kerudung di wajahnya, ciuman ini menjadi semakin

lengket dan panas. 

Di bawah serangan Asta yang bertubi tubi, tubuh Samara pe lan mulai melunak, tinggal

nafasnya yang terengah engah menatap lelaki di depa…ya yang mirip dengan harimau

serigala. 

“Baju merahmu ini…..sungguh mirip dengan baju pengantin.” 

“Jangan sembarangan bicara.” 

Lelaki itu tertawa, seluruh matanya penuh dengan rasa sayang dan cinta mendalam 

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

11:44 JOU: 

Bab 209 

* 9.0 59% 5 mutiara 

terhadapnya. 

Tubuhnya bergerak, bibirnya sekali lagi menciumnya dengan ganas, tangan besarnya

secara otomatis melepaskan tali merah di pinggangnya. 

Melepaskan bajunya selapis demi selapis…… 

Asta menyingkap bajunya dengan sabar dan penuh perhatian. 

Belum setengah bulan dia bertugas di luar kota, Asta sudah sulit menahan diri dengan

perpisahan ini. 

Dia melepaskan semua kerinduan dirinya kedalam ciuman itu. 

Pada saat Asta ingin bertindak lebih dalam, pintu mobil dibagian pengemudi tiba tiba

terbuka. 

Situasi seketika membeku. 

Wilson masih belum menyadari situasi, langsung duduk ke dalam mobil. 

“Tuan, sekarang mau pergi…” 

Sambil bicara Wilson juga memalingkan wajahnya, tetapi sebelum dia melihat sesuatu, dia

sudah merasakan suasana yang abnormal di barisan belakang mobil. 

Brengsek! 

Dia telah mengganggu pekerjaan bagus Tuannya! 

Wilson seperti hendak mengatakan sesuatu, akhirnya tidak jadi, wajahnya memerah cepat

cepat dia melarikan diri keluar dari mobil. 

Karena interupsi dari Wilson ini, kesadaran Samara segera pulih kembali. 

Dia sibuk merapikan pakaiannya, giginya yang putih menggigit kuat kuat bibirnya. 

“Asta, kamu sudah berjanji tidak akan memaksa saya.”