We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Empat bayi Kembar Kesayangan Ayah Misterius

Bab 165
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 165

Membelakangi Asta membuat Samara merasa jantungnya berdebar kencang.

Dia merasa kesal dan menggerakkan tubuhnya, namun itu dibalas dengan pelukan yang

melingkar semakin erat pada pinggangnya.

“Menunggumu bersedia adalah satu hal….” Suara Asta serak, “Namun kalau kamu bermain

api sembarangan, maka kamu harus bertanggung jawab untuk memadamkan api itu

sendiri.”

“Saya tidak bermain api.”

“Sebaiknya begitu.” Asta memeluk wanita itu dengan erat, bibir tipisnya mencium

rambutnya, “Tidur lah, selamat malam.”

Samara memejamkan matanya dan memaksa dirinya untuk tertidur dalam posisi ini.

Dia berpikir kalau dia akan insomnia malam ini, tetapi ternyata dia tidur dengan nyenyak.

Saat bangun Samara tidak menemukan orang di sisinya.

 

Dia menggosok matanya yang mengantuk, berjalan keluar dari kamar tidur, dan

mendengar suara kopi sedang dibuat dari arah dapur.

“Sayangku…selamat pagi –” Dia berjalan ke dapur dengan keadaan setengah sadar.

Bibir Asta sedikit melengkung: “Selamat pagi.”

Mata Samara membelalak dan segera menjelaskan : “Kamu? Saya kira Javier sedang

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

berada di dapur, yang kupanggil sayangku itu dia, bukan kamu.”

“Apa saya mengatakan sesuatu?”

Samara merasa malu, dia tahu kalau otak Asta sangat pintar, dia tidak bisa

memanfaatkannya, dirinya tidak dimanfaatkan olehnya saja sudah sangat bersyukur.

“Dimana Javier dan yang lainnya? Kenapa saya tidak melihat mereka?”

Asta menuangkan air mendidih ke dalam teko kopi, dan menyeduh secangkir kopi hitam,

sambil menjelaskannya kepada Samara saat dia menyeduh.

“Prosedur transfer Javier telah selesai, dan saya baru saja meminta Wilson untuk

mengantarkan mereka ke taman kanak-kanak bersama.”

“Bagaimana denganmu?” Samara melirik jam di dinding, waktu sudah lama berlalu dari jam

masuk kerja normal.

“Menunggumu.”

“Saya?” Samara kebingungan.

“Saya akan mengoles obat pada lukamu lagi, lalu berangkat kerja.”

Samara yang teringat adegan Asta membantunya mengoles obat kemarin seketika merasa

kulit kepalanya mati rasa : “Asta, tidak perlu merepotkanmu, saya bisa melakukannya

sendiri.”

Asta menyesap kopinya dengan ringan, mata tajamnya sedikit terangkat, dan ada senyum

muluk di sudut bibirnya.

“Inisiatif, atau mau dilucuti, kamu pilih sendiri?”

“Dilucuti?”

Akan terlalu memalukan bila menunggu pakaiannya dilucuti oleh Asta.

Saat kemeja itu dilepas Asta, dua kancingnya sampai robek.

Samara tahu bahwa dia bukan lawan Asta, jadi dia hanya bisa bergumam : “Saya akan

melepasnya sendiri.”

Di kamar tidur, Samara mengangkat pakaiannya dan menunjukkan punggungnya di mana

dia dipukuli dengan rotan.

Setelah dipukuli oleh kakeknya, sekarang cucunya datang membantunya mengoles obat,

nasib seperti apa ini?

Asta membantu Samara mengoleskan salep.

Dengan pengalaman sebelumnya, Asta takut kalau dirinya akan kembali terjatuh dan

tersiksa oleh pemandangan yang bisa dilihat tapi tidak bisa dimiliki olehnya, jadi

 

kecepatannya dalam mengolesi luka juga bertambah cepat.

Asta dan Samara tidak berkata apa-apa, namun kedua jantung mereka sudah berdetak

dengan sangat kencang.

OOOO

Asta berangkat kerja, dan Samara beres-beres dan bersiap pergi ke Unit Kejahatan Berat

untuk menyelidiki kasus.

Selain menyelidiki kasus, belakangan ini Samara juga sedang merawat Raisa, ada dua

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

macam obat yang sangat penting dalam referensi obat Raisa.

Dia telah meminta Timotius untuk mencari dan menemukannya.

Tapi…..

Namun satu lagi, Buah Darah Naga masih belum ditemukan.

Buah Darah Naga, seperti namanya yang seterang darah naga dan sama berharganya

dengan darah naga.

“”Timothy, tolong bantu saya temukan berita tentang buah darah naga.” Samara

menginstruksikan kepada Timothy, “Saya sudah berjanji pada Nicky, berapa pun harganya,

saya harus mendapatkannya.”

“Bos, saya mengerti.”

Setelah menutup panggilan Timothy, Samara keluar dari gedung Unit Kejahatan Berat.

Dia memanggil taksi, seorang pria mengenakan topi hitam mengendarai taksi dan berhenti

di hadapannya.

Samara jarang menemukan supir taksi yang mengenakan topi, jadi dia terus meliriknya.

“Mau kemana?

Samara memberitahukan tempat tujuannya, lalu dia berencana mengirimi Timothy dan

Peter email.

Namun setelah dilihat-lihat, dia merasa kalau tulisan dalam layar ponselnya bergoyang dan

menjadi kabur, kepalanya juga terasa semakin berat.

TU 32 Sal, 3 Sept

Empat bayi kembar : …

Previous Chapter

Next Chapter