Bab 551 +15 BONUS Langit mendung mulal menurunkan rintik gerimis.
Embus angin membuat cahaya lilin berayun-ayun dan uang kertas bertebaran.
Selena mengusap air hujan di wajahnya sembari bergumam, “Kak Lian, kamu pulang, ya?” Dua titik air hujan jatuh tepat di bawah mata Lian, tampak seperti orang yang tersenyum sembari menangis dalam foto karena tak bisa mengungkapkan kesedihannya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtpasti Selena menyentuh batu nisan, “Kak Lian, nggak usah khawatir, pasti akan kujaga keluargamu. Setelah ini, keluargamu adalah keluargaku juga. Pergi dengan tenang, ya. Di kehidupan yang berikutnya kamu akan ketemu sama orang baik,” tutur Selena.
Setelah prosesi pemakaman, hujan deras membasuh seluruh desa.
Selena tak langsung pulang, tetapi pergi ke rumah lama Llan.
Mereka sekeluarga sudah lama pindah ke kota dan akan pulang setiap tahun kecuali pada Tahun Baru dan hari- hari besar lainnya.
Rumahnya tampak terbengkalai, pohon apel dan anggur yang ada di halaman berdiri di tengah hujan.
Selena yang berdiri di bawah pohon anggur membayangkan seorang gadis kecil nan imut memakan buah dan mengayunkan kipas sembari mendengar dongeng yang diceritakan orang tuanya saat senja musim kemarau.
“Kak Lian sangat suka makan anggur ini. Sayangnya, J > J nggak bisa memakannya lagi.” Abraham berdiri di samping Selena dan menceritakan masa lalu Lian.
Selena mendengarkan dengan serius dan sesekali tersenyum. “Kak Lian itu benar-benar nakal.” *Benar, sekitar desa ini tempat bermain kakakku yang nakal itu. Meskipun Kak Lian nakal, dia punya prestasi yang luar biasa. Saat kami baru pindah ke kota, Ibu dan Ayah bekerja keras supaya bisa menghidupi kami. Ketika berpikir akan punya kehidupan yang baik, siapa sangka ...” Selena menepuk-nepuk bahu Abraham yang sedang bersedih sambil menguatkan, “Jangan menangis.. Setelah ini, aku adalah kakakmu. Pastikan belajar yang rajin dan jangan mengecewakan Kak Lian, ya.” “Ya,” sahut Abraham.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmSelena resmi mengakui mereka sebagai keluarga. Malam sudah makin larut, membuat Selena berencana menginap semalam sebelum pergi.
Selena tidur di kamar Lian, bahkan di ranjang dengan kenangan tersendiri. Kamarnya dipenuhi piagamnya sejak kecil sampai dewasa.
Selena mende belakangnya dan coptatatan kehangatan dada Tlaney vanu berada d Sekarang, Harvex selalu bersamanya, tetapi belena tas keteratan rama kakal Ketika Selena, sangat mencintainya hi avey adalah kebaai raasanghel Pranim, saat perasaannya telah mengecas sedownes Harvey di matanya hanya seorang pengawal zentang Selena terbiasa membelakana Haves Cahaya kuna lembut yang diane arkan tampu gantung Stasis tak bisa menghapus ekspresi suzamah Releta Dalans keheningan, kamar terasa dingin dan lembap Kegelapan menyelimuti tanpa suaNa Harvey berinisiat memecah says, “Abraham menemuiku buat minta saran. Dia mau daftar ke Akademt Aliter di masa depan,” Selena segera berbalik sembari menyikan dahi. “Akademi Militer? Bukannya dia ingin masuk Universitas Kedoktan?” tanyanya keharanan.
Lian selalu membanggakan adiknya di hadapan Selena, lalu Harvey berkedin sebelum menjawab, “Dia sama sepertimu. Katanya, imum ak bisa menyelamatkan orang.” Selena menghela napas. “Baiklah, biarkan dia mendaftar.” Saat matahari terbit Selena dan Harvey berencana untuk pergi, tetapi di depan pintu keluar ada seorang necek beruban Nenek itu tampak sangat tua, bahkan sudah tak sanggup berjalan lancar. Tangannya memegang sebuah selimut warna-warn.
“Nadine, anakmu sempat memintaku untuk menjahitkan selimut. Apa kamu mau menerimanya?” Nadine tergagap-gagap saat melanjutkan ucapan nenek tersebut, “Selena, selimut itu sebenarnya mau diberikan padamu, tapi sekarang Selena menahan kesedihan dengan susah payah. “Aku mau, kok. Selimut itu yang akan menjadi kenang- kenangan. Nenek, boleh berikan selimut itu padaku,” pintanya sopan.
“Ya, gadis itu menyuruhku untuk pakai benang dan kain terbaik. Kapas ini terasa sangat empuk dan hangat karena kupilih sendiri jadi kamu Nenek yang melihat wajah Selena sontak tersentak kaget. “Kamu ... sudah kembali...”