Bab 461 +15 BONUS Hampir semua mimpinya berkaitan dengan anak-anak. Ada satu masa dia bermimpi setiap hari.
menggambarkan keberadaannya di sebuah taman bunga yang indah. Seorang anak berjalan ke arahnya dengan membawa sebuah mahkota bunga yang cantik, kemudian memakaikan mahkota bunga itu ke kepalanya sambil tersenyum.
Selena mengernyitkan keningnya. “Makasih, sayang.” “Ibu, cantik.” Harvest sangat senang, sampai-sampai senyumnya mengembang lebar.
Selena merasa, anak ini kelak akan jadi pria yang hangat karena sejak kecil sudah begitu perhatian.
Dia menangkup wajah Harvest dan mengecupnya lembut. Sekali lagi dia mengeluh dalam hati dan berpikir betapa indahnya jika Harvest adalah putranya.
Selena menepuk lutut anak itu, membersihkan beberapa rumput dan tanah yang menempel di sana. Dari sudut matanya, dia melihat Harvey berdiri jauh di lereng bukit. Mungkin dia takut datang dan mengganggu suasana hatinya, jadi dia hanya memilih untuk melihat dari jauh.
Harvey duduk di sisinya, menyaksikan air yang mengalir deras di sungai.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtKalau cuacanya lebih hangat, mereka bisa bermain air. Namun, sekarang, mereka hanya bisa memungut batu di tepi sungai.
Si kecil biasanya bercengkerama dengan mainan mahal di rumah, tetapi dia juga senang memungut batu di tepi sungai.
Melempar kerikil ke air dan melihat cipratannya saja sudah bisa membuatnya tertawa terbahak-bahak.
Saking senangnya melihat segerombolan ikan kecil yangEsekali berenang melewatinya, Harvest sampai menari-nari.
“Ikan. Ikan kecil,” serunya riang.
Selena tersenyum, lalu berkata, “Nanti kalau cuacanya sudah lebih hangat, Tante akan ajak kamu memancing.
Oke?” Harvest tidak peduli dengan memancing. Selama dia bersama Selena, dia merasa senang.
Cukup lama mereka berdua bermain di tepi sungai. Setelahnya, Harvey baru menghampiri mereka dan memanggil untuk pergi sarapan.
Selena refleks ingin menggendong Harvest, tetapi baru menyadari tangannya masih kotor setelah dia membungkuk.
“Biar aku saja.” Harvey memeluk Harvest dengan satu tangan dan meraih tangan Selena dengan tangan +15 BONUS lainnya.
Selena berusaha keras melawan, tetapi sia-sia.
Kekuatan pria itu sangat besar. Dia menggenggam erat tangan Selena dengan telapak tangannya.
Selena mencoba untuk melepaskan diri, tetapi berakhir menyerah dan membiarkan Harvey menuntunnya pergi.
Harvest sangat senang melihat kedua orang itu bersama. Mulut kecilnya terus bergumam, “Ayah, Ibu.” Harvey tidak merasa risih mendengar panggilan itu, bahkan dia dengan senang hati menoleh dan mencium wajah Harvest.
“Anak pintar,” puji Harvey.
Lantas, mengapa Selena justru merasa kepanasan saat memegang tangan Harvey? Hubungan yang sudah lama berakhir ini yang membuatnya ingin melepaskan dan melarikan diri.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmSelena tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Harvey, tetapi jelas terlihat bahwa Harvey menyukai kenyataan dia dan Harvest yang dekat.
Apakah Harvey kira dengan melakukan ini lukanya akan sembuh? Apakah ini akan membantunya untuk melupakan rasa sakit itu? Kenangan itu bagai pisau yang menusuk dirinya sendiri berulang kali. Meski sekarang sudah sembuh. bekas lukanya masih terlihat.
Itu adalah simbol kegagalannya, sesuatu yang tidak mungkin Selena lupakan seumur hidupnya.
Senyum lembut di wajahnya perlahan memudar. Saat mendekati tenda, Selena memanfaatkan kesempatan untuk lari dari genggaman tangan Harvey dan buru-buru menjauh.
Senyuman Harvey pun perlahan pudar ketika dirinya menyaksikan kepergian Selena.
Harvest cukup peka untuk menyadari ada yang tidak beres dengan mereka berdua. Dia menatap Harvey. lalu ke arah Selena.
Lantas, Harvest memohon turun dari gendongan Harvey dan segera berlari mengejar Selena.
“Ibu, pegang tangan.” Selena selalu tahu diri. Dia tidak seharusnya terlibat terlalu banyak dengan putra Agatha Wilson.
Kali ini, dia tidak memenuhi keinginan Harvest. Melihat dia tidak bergerak, Harvest menjadi cemas dan terus memanggilnya.
Tak lama setelahnya, dia mendengar suara Harvey yang berujar, “Peluk dia. Sudah lama dia nggak ketemu kamu, Sell. Kamu nggak tahu sebesar apa cinta anak ini sama kamu dan betapa kangennya dia sama kamu waktu kamu nggak ada.”