Bab 360 Selena untuk sementara tinggal bersama Harvey agar Harvey bisa melindunginya.
Selain itu, Lanny sangat membenci Selena. Jika Selena pergi, Lanny justru akan senang. Maka, Selena berniat menggunakan Harvey untuk memancing Lanny keluar.
Selena belum memberi tahu Harvey bahwa Isaac adalah Leo. Situasinya masih belum jelas, jadi dia menyimpan informasinya sebagai senjata rahasia.
Setidaknya, ayahnya aman di tangannya. Dia juga masih menunggu untuk menjalani operasi sehingga Selena tidak ingin membuatnya marah.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSetelah tidur sepanjang hari, Selena tidak merasa mengantuk malamnya.
Isaac masih tidak bisa dihubungi. Selena pura-pura belum tahu identitasnya dan mengiriminya beberapa pesan.
Di samping itu, keberadaan George Lane hingga saat ini juga masih belum diketahui.
Pukul dua dini hari, Selena keluar kamar untuk minum. Dia mendapati lampu ruang kerja Harvey masih menyala, sepertinya Harvey juga tidak mengantuk.
Sebelumnya Selena pasti akan menyiapkan makanan agar dia tidak lapar.
Sekarang Selena hanya pergi minum dan kembali ke kamar, bersikap seperti orang asing dengan Harvey.
Keesokan harinya, Selena pergi ke rumah sakit bersama pengawal.
Selena sudah janji akan sering-sering mengunjungi Maisha. Tentu saja selain untuk menjenguknya, dia juga punya beberapa kepentingan pribadi. 1 x] Calvin lagi-lagi terlihat kurang tidur. Wajahnya tampak makin kuyu. Selena menyapanya pelan. “Paman Calvin.” Calvin yang tengah melamun akhirnya mendongak dan melirik Selena sekilas dengan susah payah mencoba mengumpuikan sedikit tenaga.
“Selena, kamu temani Maisha ngobrol sebentar, mungkin perasaannya bisa lebih baik.” “Baiklah, Paman Calvin. Bagaimana hasil penyelidikanmu di pusat perawatan pasca melahirkan?” Calvin mendesah, kemudian menjawab. “Belum ada kabar baik. Pusat perawatan pasca melahirkan sudah lama tutup.” “Tutup? Meski pemiliknya sudah nggak ada, harusnya data-datanya masih bisa dicari, ‘kan?” Calvin menggeleng. “Andai saja semudah itu, 20 tahun yang lalu teknologinya belum semaju sekarang. Pada saat itu, bahkan catatan medis masih ditulis tangan, sama sekali belum ada versi elektroniknya.
Pada tahun yang sama saat kalian lahir, terjadi kebakaran besar di pusat perawatan pasca melahirkan. Semua data terbakar, bahkan tiga bidan dan lima bayi meninggal. Pemiliknya harus menanggung ganti rugi dan cercaan publik. Dia langsung menua semalam dan meninggal nggak lama setelah kejadian itu.” Selena mengerutkan kening. “Kenapa bisa kebetulan sekali? Aku curiga ada yang nggak beres. Kebakaran itu pasti disengaja!” “Meski kita tahu kebakaran itu disengaja, tetap sulit untuk diselidiki. Orang-orang yang terlibat dalam peristiwa itu sudah meninggal atau pergi. Petunjuk satu-satunya juga sudah jadi abu.” Tatapan Calvin kosong. Penyelidikannya menemui jalan buntu. Maisha dalam kondisi kritis dan jika terus begini dia tidak akan selamat.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmSelena juga tidak tahu tentang asal-usulnya.
Apabila semua ini disengaja, mungkin ibunya sama sekali tidak ada di pusat perawatan pasca melahirkan itu.
Mungkin dia dibawa dari tempat lain.
Namun, apa tujuan orang yang merencanakannya? Apa orang itu membenci Selena, keluarga Bennett atau keluarga Edelweis? Makin ditelusuri, makin memusingkan.
Di mana orang tua kandung Selena? Apa mereka juga masih tidak tahu apa-apa sepertinya? “Seli, jangan khawatir. Meski sekarang kita belum menemukan putri kandung Bibi Maisha, mungkin kita bisa dapat donor sumsum tulang yang cocok dari orang lain.” “Donor sumsum tulang berbeda dari donor darah. Sama seperti transplantasi organ, berapa banyak orang yang ingin menyumbangkan bagian tubuh mereka?” Hanya tersisa kelelahan pada wajah Calvin yang mengingatkan Selena akan Arya.
Selena menepuk bahu Calvin dan menghibur. “Paman Calvin, jaga kesehatanmu baik-baik. Kalau Paman sakit, Bibi Maisha juga nggak semangat menjalani hari-harinya.” Melihat Selena yang pengertian, membuat Calvin menghela napas dalam-dalam dan teringat akan Agatha. Dia menggenggam tangan Selena dengan mata berkaca-kaca. “Andaikan kamu anakku.” Sebelum Selena sempat bicara, seseorang mendobrak pintu.