We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Bab 114
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 114

Tidak perlu melihatnya, Selena sudah tahu siapa dia. Pria di kursi belakang mengenakan jas yang pas

dan sesuai, menonjolkan bahu dan pinggangnya yang sempurna.

Bidang kancing kemeja yang menyentuh sumber cahaya kecil yang terpancar di malam yang gelap,

begitu pula mata pria itu yang terlihat agresif,

Hanya siluet, tetapi sangat mudah dikenali.

Aroma cedar pada pria itu masuk ke hidungnya, menciptakan sedikit keintiman di kursi belakang yang

sempit.

Dia menahan keinginannya untuk mendorong pria itu, demi persiapan rencananya selanjutnya.

“Kamu pergi ke mana?” Selena memulai pembicaraan dan memecahkan keheningan di dalam

mobil.

Hal yang baik ketika melepaskan seseorang adalah tidak lagi mengikuti setiap gerak-geriknya, juga

tidak lagi mengecek tanda tangan terbaru mereka dengan melihat lingkaran pertemanan di sosial

media setiap hari, atau dengan melihat profilnya.

Kalau bukan karena Harvey menyuruh seseorang untuk menjemputnya, dia pun tidak tahu kalau

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Harvey ke luar negeri.

“Perjalanan dinas,” jawab Harvey dengan singkat.

Tadinya dia ingin mengatakan perihal Leo, tetapi dia merasa suasana saat ini tidak cocok untuk

membicarakan topik seperti ini.

Saat ini dia bersandar pada pelukan Harvey, permukaan pahanya terasa hangat karena suhu

tubuhnya.

Dalam ruang yang sempit ini, posisi yang intim dan berdempetan membuat jantung berdegup kencang

dan tak terkendali.

Harvey tak sabar ingin melakukan sesuatu.

Ujung jari yang panjang bergerak sepanjang leher lembutnya, meninggalkan jejak kehangatan di

setiap tempat yang dilaluinya.

Akhirnya berhenti di tulang alisnya, dia memperhatikan wajahnya dengan saksama, kemudian berkata

dengan nada yang agak dingin, “Lukamu sudah sembuh?”

Dengan cahaya lampu di luar, bisa terlihat ada bekas luka kecil di puncak alisnya, luka ini tak akan

terlihat apabila tidak dilihat dengan cermat.

Ujung jari yang kasar mengusap lembut lukanya, napas tipis yang keluar dari bibir tipisnya

terhembus di dahinya. “Terima kasih untuk hari itu

Karena Selena menyelamatkan Harvest, makanya Harvey bersikap lembut padanya, sikap yang jarang

sekali dilakukannya.

Selena tiba-tiba penasaran, bagaimana ekspresinya kalau dirinya membunuh Harvest?

Intinya dia pasti tidak akan selembut sekarang, begitu memikirkan hari itu terjadi, dia tiba-tiba merasa

agak menantikan hari itu.

Dia sangat ingin membuatnya juga merasakan perasaan kehilangan orang yang dicintai.

Dia berkata dengan datar, “Enggak apa-apa, aku juga pernah jadi seorang ibu.”

Tangan yang melingkar di pinggangnya tiba-tiba mengepalkan erat, Selena lanjut bicara, “Apakah Leo

sudah ditemukan?”

Ada kekhawatiran di antara kerutan alis Harvey. Dia tidak menyembunyikannya dan

menceritakan semua padanya.

“Aku telah membuat penawaran berhadiah, sebentar lagi dia akan ketemu.”

Kata-kata ini terdengar seperti alasan di telinga Selena, sejak awal dia sudah memprediksi bahwa

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

hasilnya akan seperti ini.

Dia sangat berniat untuk membunuh Arya, jadi bagaimana mungkin dia bisa benar-benar menemukan

keberadaan Leo?

Janji yang dia buat dengan dirinya hanyalah untuk mencegahnya saja.

Tak disangka Harvey juga bisa berakting dengan begitu meyakinkan.

Selena menatap dengan penuh ejekan.

Sebelum Selena menjawab, Harvey sudah tahu pasti dia kecewa, makanya langsung

menenangkannya dengan berkata, “Tenang saja, aku pasti akan menemukannya.”

“Baiklah.”

Selena tidak ingin membahas topik yang membosankan ini, jadi dia berinisiatif untuk mengubah topik

pembicaraan, “Beberapa hari lagi adalah pesta ulang tahun Harvest, apa aku boleh ikut?”

Harvey tahu bahwa hari kemarian anaknya adalah luka baginya dan hari ulang tahun Harvest

adalah hari kematian anaknya.

“Kamu….”

Selena Bennett mengangkat kepalanya, di tengah malam yang gelap, cahaya lampu dari ribuan rumah

berkelip-kelip jatuh ke dalam pupil hitamnya. Dia menjilat bibirnya yang kering, “Sudah

setahun, aku ingin keluar.”